Total Tayangan Halaman

Senin, 22 Februari 2010


Cuci tangan dapat mencegah penularan Flu H1N1

Oleh: Dudut Eko Juliawan, SKM., MPH.

Upaya yang paling murah, gampang dan sederhana untuk mencegah penularan Flu H1N1 adalah dengan cuci tangan pakai sabun. Cara ini memang cara sehat paling sederhana, tetapi sayang belum membudaya di masyarakat kita. Padahal bila dilakukan dengan baik dapat mencegah berbagai penyakit menular seperti diare, tipus, bahkan flu burung (H5N1) dan flu Baru (H1N1). Penyakit diare misalnya dapat diturunkan kasusnya sampai 40 persen hanya dengan cuci tangan pakai sabun (CTPS). Kalau digabung dengan kegiatan lain misalnya tidak buang air sembarangan, buang sampah pada tempatnya, pengelolaan air minum yang benar maka CTPS dapat mencegah diare sampai 80-90%.

DANA SEHAT DI DESA SIAGA


DANA SEHAT DI DESA SIAGA

Oleh: Dudut Eko Juliawan *)


Program primadona Departemen Kesehatan saat ini adalah Desa Siaga, dimana tujuannya adalah untuk memberdayakan masyarakat agar sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti: kurang gizi, penyakit menular, kejadian bencana, kecelakaan dan kejadian kegawat-daruratan yang lain serta dapat mengantisipasi semua masalah kesehatan yang kemungkinan bisa timbul sewaktu-waktu. Sebuah desa dikatakan telah menjadi Desa Siaga bila desa tersebut
telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah pos kesehatan desa (poskesdes) yang di dukung oleh sumber daya manusianya, yaitu 1 orang bidan dan 2 orang kader masyarakat yang telah dilatih sebelumnya. Sarana fisik yang diperlukan selain bangunan, perlengkapan gedung dan peralatan kesehatan, sebaiknya juga didukung sarana komunikasi yang cukup baik. Poskesdes tidak harus menggunakan gedung baru, tetapi dapat merupakan pengembangan pondok bersalin desa (polindes), bahkan balai RW, balai desa, dan bangunan yang tersedia.
Yang perlu menjadi perhatian kita adalah dalam hal penyediaan dana bagi pengembangan Desa Siaga, memang ada dana stimulan dari pemerintah, tetapi itu hanya sebagai pancingan awal saja yang digunakan untuk operasional Poskesdes. Untuk tahap selanjutnya masyarakat sendiri yang akan menggali dana bagi kelangsungan desa siaga. Syukur jika pemerintah daerah mempunyai komitmen yang baik untuk mendukung program desa siaga. Penggalian dana juga bisa berasal dari pihak donatur dan swasta, peran serta mereka bisa dalam bentuk kerjasama dan sponsorship. Dengan mempromosikan produknya pada program desa siaga, mereka bisa ikut berpartisipasi didalamnya. Tentu produk-produk yang dipasarkan harus sesuai dengan misi kesehatan, dan bukan produk-produk yang malah bertentangan dengan misi menyehatkan masyarakat.
Untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, di Poskesdes disiapkan tenaga kesehatan yaitu bidan dan 2 orang kader. Untuk bidan gajinya akan dibayar oleh pemerintah, sedangkan untuk kader diharapkan ada reward yang berasal dari desa. Sedangkan bahan, sarana dan prasarana seperti obat-obatan dan tempat bisa berasal dari pemerintah, akan lebih baik jika atas partisipasi masyarakat, disinilah akan tampak nyata pemberdayaan masyarakat yang sesungguhnya sesuai dengan misi desa siaga.
Salah satu alternatif penggalian dana untuk pengembangan desa siaga adalah dengan Menghimpun Dana Sehat. Masyarakat secara gotong royong menghimpun diri membayar sejumlah uang atau barang secara rutin tiap bulan yang diperuntukkan bagi keperluan pelayanan kesehatan di Poskesdes. Kalau yang dikumpulkan berupa barang, bisa dalam bentuk hasil bumi seperti padi, jagung, sayuran dan lain-lain. Untuk masyarakat nelayan bisa dalam bentuk hasil tangkapan. Dana yang terkumpul bisa dimanfaatkan oleh masyarakat yang sakit untuk berobat. Disamping untuk berobat di Poskesdes, dana yang terkumpul bisa juga di manfaatkan untuk kegiatan preventif dan promosi kesehatan seperti penyuluhan, upaya pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah, bisa juga diambil untuk insentif dan transport kader poskesdes. Semua itu bisa dilakukan atas kesepakatan masyarakat desa. Masyarakat desa mengadakan Musyawarah Mufakat Desa (MMD) dengan difasilitasi oleh petugas kesehatan untuk menentukan penggunaan Dana Sehat.
Bagi masyarakat yang sehat, yaitu yang tidak pernah memanfaatkan dana sehat, jangan dijadikan alasan untuk tidak lagi berpartisipasi. Prinsip dana sehat adalah kebersamaan dan kegotong-royongan, dari sisi sosial dana sehat bisa menumbuhkan semangat saling peduli kepada sesama, sedangkan dari sisi agama dengan membayar dana sehat berarti ikut membantu kesusahan orang lain yang merupakan ajaran bagi semua agama. Disini peran tokoh agama, Tuan Guru sangat diperlukan untuk memberi pemahaman yang baik kepada masyarakat, apalagi masyarakat Nusa Tenggara Barat sudah terkenal dengan sifat-sifat yang sangat religius. Masyarakat akan mudah mengadopsi nilai-nilai yang disampaikan oleh Tuan Guru. Begitu juga dengan pesan-pesan kesehatan, akan mudah masuk dengan bahasa agama.

*) Dudut Eko Juliawan, S.KM., MPH, Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Masyarakat.