Total Tayangan Halaman

Rabu, 29 Desember 2010

8 Keuntungan makan buah dan sayur


8 Keuntungan Makan Buah dan Sayur Segar


oleh : Dudut Eko Juliawan *)


Ada pertanyaan yang sering menggelitik di telinga kita, misalnya mengapa kuda bisa kuat hanya dengan makan rumput? Mengapa ada burung bisa hidup hanya dengan makan buah-buahan? Mengapa manusia perlu memasak makanan mereka? Kalau sedang lapar, kita membayangkan nasi, sayur asem, ayam taliwang, pelecing, tempe goreng. Kita di rumah biasa makan nasi, tapi kadang-kadang juga sarapan dengan roti tapi rasanya tak enak dan kitapun kurang yakin dengan nutrisi yang terkandung dalam roti itu. Di satu sisi, otak dia masih dalam format: kalau tidak makan nasi, sambal dan tahu-tempe, belum lengkap. Di sisi lain, sebenarnya dia juga tahu bahwa tanpa makan nasi, sambal, tahu-tempe hanya makan buah-buahan dan sayur segar yang organik saja pun manusia bisa hidup. Adam dan Hawa di Taman Eden kan nggak masak; mereka cuma makan buah-buahan. Iya kan! Jadi mengapa kita begitu obsesif haru makan makanan yang dimasak?

Keuntungan Makan Buah dan Sayur Segar:

1. Tidak merasa kekenyangan walau makan banyak buah . Tadi malam, setelah agak kekenyangan, saya bilang pada diri saya, “Kalau begini nggak menarik. Enak saat makan saja. Setelah makan, perut saya begini malah terasa berat. Mulai besok, saya mau praktekkan makan makanan yang tak perlu dimasak saja.”

2. Menyiapkannya mudah dan cepat. Kalau harus masak kan, apalagi pagi-pagi, ribet. Musti ngulek sambal dan memerlukan banyak peralatan.

3. Sudah mengandung protein yang cukup untuk tubuh manusia. Jadi tak perlu kuatir kekurangan protein. Dalam beberapa bulan belakangan ini, kami mempraktekkan makan buah-buahan dulu sebelum makan nasi dan lauk-pauknya. Biasanya, saya juga jadi jarang serapan pagi pakai nasi dan lauk karena sudah makan sepiring beberapa jenis buah-buahan.

4. Mengandung enzim dalam kondisi bagus. Saya merasa tubuh saya tidak selincah yang saya mau; dugaan saya karena pola makan saya yang buruk dan juga enzim dalam makanan saya yang sudah saya masak rusak lebih dari separohnya. Makanan yang dimasak kalau masuk ke dalam tubuh, sebagian menjadi beban bagi tubuh; membuat badan dan bahkan pikiran lelah.

5. Daya tahan tubuh menjadi lebih bagus. Ini saya yakin. Saya mau membuat diri saya sebagai manusia-percobaan bagaimana rasanya dan hasilnya kalau saya hanya makan makanan yang segar, tanpa ada yang perlu dimasak. Dalam sehari bagaimana, seminggu lalu sebulan. Kalau bisa sukses dalam sebulan, saya yakin bisa sukses dalam setahun dan seterusnya.

6. Menemukan jenis buah-buahan lokal yang langka dan menambah variasi buah sebagai menu sehari-hari. Untuk apa saya harus memasak makanan saya kalau ada makanan-makanan yang sebenarnya justru lebih sehat dan bergizi tanpa dimasak? Saya pun belum mengeksplorasi berbagai macam buah-buahan lokal menjadi menu makanan sehari-hari. Waktunya untuk melakukan itu!

7. Mendorong pengembangan dan pembudidayaan buah-buahan lokal di negeri sendiri. Kalau kita mengonsumsi lebih banyak jenis buah-buahan lokal, bisa mendorong para petani kita menanam lebih banyak variasi buah-buahan.

8. Kita bisa irit bahan bakar yang semakin langka dan mahal. Anda boleh menghitung keuntungan kalau Anda membiasakan diri makan lebih banyak buah-buahan dan mengurangi makanan-makanan yang perlu dimasak. Salah satu keuntungan yang paling jelas adalah irit bahan bakar; artinya saving kan.

Kita terlalu dininabobokkan oleh konsep empat sehat lima sempurna, ini iklan asal Amerika yang diadopsi oleh Soeharto; Indonesia menjadi pasar penjualan daging hasil peternakan besar-besaran di Amerika. Anda tentu tak perlu seekstrim saya yang mulai bereksperimen sejak hari ini: hanya makan buah dan sayur segar. Silahkan mencoba kalau tertarik dan laporkan perkembangan Anda. Sebagai catatan, jangan mulai secara ekstrim; tubuh Anda perlu penyesuain secara bertahap

.

*) Dudut Eko Juliawan SKM., MPH., fungsional Promosi Kesehatan

Senin, 22 Februari 2010


Cuci tangan dapat mencegah penularan Flu H1N1

Oleh: Dudut Eko Juliawan, SKM., MPH.

Upaya yang paling murah, gampang dan sederhana untuk mencegah penularan Flu H1N1 adalah dengan cuci tangan pakai sabun. Cara ini memang cara sehat paling sederhana, tetapi sayang belum membudaya di masyarakat kita. Padahal bila dilakukan dengan baik dapat mencegah berbagai penyakit menular seperti diare, tipus, bahkan flu burung (H5N1) dan flu Baru (H1N1). Penyakit diare misalnya dapat diturunkan kasusnya sampai 40 persen hanya dengan cuci tangan pakai sabun (CTPS). Kalau digabung dengan kegiatan lain misalnya tidak buang air sembarangan, buang sampah pada tempatnya, pengelolaan air minum yang benar maka CTPS dapat mencegah diare sampai 80-90%.

DANA SEHAT DI DESA SIAGA


DANA SEHAT DI DESA SIAGA

Oleh: Dudut Eko Juliawan *)


Program primadona Departemen Kesehatan saat ini adalah Desa Siaga, dimana tujuannya adalah untuk memberdayakan masyarakat agar sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti: kurang gizi, penyakit menular, kejadian bencana, kecelakaan dan kejadian kegawat-daruratan yang lain serta dapat mengantisipasi semua masalah kesehatan yang kemungkinan bisa timbul sewaktu-waktu. Sebuah desa dikatakan telah menjadi Desa Siaga bila desa tersebut
telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah pos kesehatan desa (poskesdes) yang di dukung oleh sumber daya manusianya, yaitu 1 orang bidan dan 2 orang kader masyarakat yang telah dilatih sebelumnya. Sarana fisik yang diperlukan selain bangunan, perlengkapan gedung dan peralatan kesehatan, sebaiknya juga didukung sarana komunikasi yang cukup baik. Poskesdes tidak harus menggunakan gedung baru, tetapi dapat merupakan pengembangan pondok bersalin desa (polindes), bahkan balai RW, balai desa, dan bangunan yang tersedia.
Yang perlu menjadi perhatian kita adalah dalam hal penyediaan dana bagi pengembangan Desa Siaga, memang ada dana stimulan dari pemerintah, tetapi itu hanya sebagai pancingan awal saja yang digunakan untuk operasional Poskesdes. Untuk tahap selanjutnya masyarakat sendiri yang akan menggali dana bagi kelangsungan desa siaga. Syukur jika pemerintah daerah mempunyai komitmen yang baik untuk mendukung program desa siaga. Penggalian dana juga bisa berasal dari pihak donatur dan swasta, peran serta mereka bisa dalam bentuk kerjasama dan sponsorship. Dengan mempromosikan produknya pada program desa siaga, mereka bisa ikut berpartisipasi didalamnya. Tentu produk-produk yang dipasarkan harus sesuai dengan misi kesehatan, dan bukan produk-produk yang malah bertentangan dengan misi menyehatkan masyarakat.
Untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, di Poskesdes disiapkan tenaga kesehatan yaitu bidan dan 2 orang kader. Untuk bidan gajinya akan dibayar oleh pemerintah, sedangkan untuk kader diharapkan ada reward yang berasal dari desa. Sedangkan bahan, sarana dan prasarana seperti obat-obatan dan tempat bisa berasal dari pemerintah, akan lebih baik jika atas partisipasi masyarakat, disinilah akan tampak nyata pemberdayaan masyarakat yang sesungguhnya sesuai dengan misi desa siaga.
Salah satu alternatif penggalian dana untuk pengembangan desa siaga adalah dengan Menghimpun Dana Sehat. Masyarakat secara gotong royong menghimpun diri membayar sejumlah uang atau barang secara rutin tiap bulan yang diperuntukkan bagi keperluan pelayanan kesehatan di Poskesdes. Kalau yang dikumpulkan berupa barang, bisa dalam bentuk hasil bumi seperti padi, jagung, sayuran dan lain-lain. Untuk masyarakat nelayan bisa dalam bentuk hasil tangkapan. Dana yang terkumpul bisa dimanfaatkan oleh masyarakat yang sakit untuk berobat. Disamping untuk berobat di Poskesdes, dana yang terkumpul bisa juga di manfaatkan untuk kegiatan preventif dan promosi kesehatan seperti penyuluhan, upaya pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah, bisa juga diambil untuk insentif dan transport kader poskesdes. Semua itu bisa dilakukan atas kesepakatan masyarakat desa. Masyarakat desa mengadakan Musyawarah Mufakat Desa (MMD) dengan difasilitasi oleh petugas kesehatan untuk menentukan penggunaan Dana Sehat.
Bagi masyarakat yang sehat, yaitu yang tidak pernah memanfaatkan dana sehat, jangan dijadikan alasan untuk tidak lagi berpartisipasi. Prinsip dana sehat adalah kebersamaan dan kegotong-royongan, dari sisi sosial dana sehat bisa menumbuhkan semangat saling peduli kepada sesama, sedangkan dari sisi agama dengan membayar dana sehat berarti ikut membantu kesusahan orang lain yang merupakan ajaran bagi semua agama. Disini peran tokoh agama, Tuan Guru sangat diperlukan untuk memberi pemahaman yang baik kepada masyarakat, apalagi masyarakat Nusa Tenggara Barat sudah terkenal dengan sifat-sifat yang sangat religius. Masyarakat akan mudah mengadopsi nilai-nilai yang disampaikan oleh Tuan Guru. Begitu juga dengan pesan-pesan kesehatan, akan mudah masuk dengan bahasa agama.

*) Dudut Eko Juliawan, S.KM., MPH, Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Masyarakat.